Mengevaluasi Brand Stage untuk Memudahkan Proses Brand Activation

Bayangkan awal mula dalam memulai bisnis, tingkat penjualan masih minim bahkan hanya segelintir target audiens yang aware akan brand tersebut. Melihat keadaan pasar sekarang di era serba digital yang semakin kompetitif pun menjadi suatu hambatan untuk brand dalam bersaing serta sepenuhnya stand out from the crowd. Nyatanya, ngga semua target audiens bisa dijangkau awareness nya secara mudah loh, apalagi langsung tertarik untuk membeli produk atau jasa dari sebuah brand yang baru saja dibangun tersebut. Secara garis besar, nyawa dari brand tersebut masih belum terasa kehadirannya di media massa dan pasar. Apa lah daya sebuah brand jika masih di tingkat awareness dan penjualan yang sangat minim?

Nah, sebelum memasuki tahap brand activation, ada baiknya untuk mengawali dengan pemahaman terhadap branding itu sendiri dan melewati beberapa tahap branding lainnya terlebih dahulu. Mulai dari brand audit, brand strategy, sampai brand implementation. Setelah melalui tahapan-tahapan itu, simak yuk penjelasan dalam mengaktivasi sebuah brand.

Apa saja yang perlu diketahui dalam proses Brand Activation?

Proses ‘aktivasi’ sebuah brand merupakan langkah terakhir setelah melakukan tahap brand implementationBrand activation ini adalah tahap penyempurna yang terutama bertujuan untuk: menghubungkan kehadiran brand dan target audiens secara efektif dan efisien, baik dalam segi marketing budget maupun brand message yang ingin disampaikan sejak awal terbentuk. Dengan ini, siapapun dapat memahami tujuan utama dan menentukan kemana brand yang dimilikinya tersebut akan melangkah.

Mulailah dengan mengidentifikasi penempatan brand stage yang kini dimiliki suatu brand dari ilustrasi model marketing funnel. Berikut adalah beberapa pertanyaan esensial dalam 5 fase brand stage untuk diajukan selama proses brand activation.

1. Awareness: “Seberapa banyak konsumen yang baru mendengar, mulai mengetahui, atau bahkan sepenuhnya mengenal brand milik kalian?”

2. Interest: “Apa pendapat awal konsumen tentang produk atau layanan yang dipasarkan oleh brand milik kalian?”

3. Conversion: “Apakah konsumen telah tergerak untuk melakukan pembelian pertama sejak awal mula munculnya rasa ketertarikan itu?

4. Loyalty: “Seberapa banyak konsumen yang loyal untuk melakukan pembelian ulang terhadap produk atau layanan dari brand milik kalian?”

5. Advocate: “Apakah konsumen telah merekomendasikan brand milik kalian?”

 

Masing-masing pertanyaan di atas akan memudahkan sebuah brand dalam mengidentifikasi penempatan brand stage nya saat ini. Sehingga, proses brand activation nya pun dapat dimulai dengan lebih terukur dan tepat sasaran. Untuk mencapai hasil yang diinginkan berdasarkan tujuan yang telah ditentukan dalam pengidentifikasian brand stage, proses brand activation bisa diilustrasikan secara sederhana seperti alur dibawah ini:

  • Build Credibility
  • Lay Down The Fact
  • Convert Into Loyalty
  • Turn The Loyalty Into Advocates

 

Layaknya marketing strategy yang kerap ditemui saat ini, beberapa strategi brand activation dapat ditentukan dengan memilih media platform yang tak hanya cost-effective tapi juga sesuai dengan tujuan utama branding nya.

– Printed (Newspaper, Tabloid, Magazine)
– Digital Ads (Google Ads, Facebook Ads)
– Social Media (TikTok, Instagram, YouTube, Facebook, Twitter)
– TVC & Radio, etc.

 

Dengan mengetahui the current brand stage position, sebuah brand dapat meninjau ulang cara baru untuk menghubungkan sebuah brand dengan target audiens secara efektif dan efisien. Baik dari segi efficiency of budget maupun effectiveness of brand message delivery.

When a deeper connection is built, nyawa sebuah brand akan lebih terasa kehadirannya melalui media platform manapun untuk target audiens yang tepat atau bahkan untuk mata publik secara lebih luas. So do your research, and activate your brand wisely!

Related Posts