Memperbesar Revenue & Memperkecil Resiko

Sebagai pelaku bisnis, penting sekali untuk mengetahui posisi bisnis kita di pasar agar dapat bertumbuh lebih pesat. Sama seperti manusia yang memerlukan health check untuk mengetahui keadaan tubuh, sebuah brand dapat melakukan brand audit untuk mengetahui keadaan dan kinerja brand tersebut secara menyeluruh.

 

Brand audit memungkinkan kita untuk mengidentifikasi strength dan weakness jika dibandingkan dengan kompetitor, juga sekaligus mendeteksi peluang inovasi dan solusi untuk pertumbuhan bisnis. Jadi, bagaimana cara kerja brand audit? Apa saja keuntungan yang akan didapatkan jika kita melakukan brand audit? Yuk, simak langsung rangkumannya dibawah ini!

Manfaat Brand Audit

Pada dasarnya, tujuan dari brand audit adalah untuk menemukan gap yang dapat diisi dengan keunikan brand kita dan belum dilakukan oleh kompetitor, namun juga sesuai dengan demand di pasar.

Gap yang ditemukan dalam hasil brand audit memiliki potensi besar untuk dijadikan brand positioning.

Sebenarnya, kapan sih brand audit harus dilakukan?
Brand audit baiknya dilakukan secara periodik dan menyesuaikan dengan dinamika pasar. Semakin dinamis pergerakan suatu pasar, maka semakin sering pula brand audit harus dilakukan.

Cara Kerja Brand Audit

Walau terdengar sederhana, brand audit merupakan proses yang panjang. EGGHEAD® Branding Agency memiliki tiga tahap dalam melakukan brand auditing:

1. Melakukan Analisa Internal
Memahami kompetitor memang merupakan hal yang penting, tetapi memahami brandmu sendiri adalah sebuah keharusan.
Biasanya internal analysis dapat dilakukan dengan mengidentifikasi beberapa pertanyaan seperti:
Apa sih tujuan brand kita?
Bagaimana cara kita mencapai tujuan itu?
Apa saja kapabilitas/resources yang kita miliki saat ini?
Apa keunikan produk atau service yang ditawarkan?
Dimana posisi brand kita saat ini di pasar?

2. Selidiki Aktivitas Kompetitor

Di zaman yang serba cepat, penting bagi kita untuk selalu stay up-to-date dengan trend masa kini dan strategi apa saja yang dilakukan oleh kompetitor. Aktivitas kompetitor yang dapat diselidiki mencakup poin-poin berikut:

Elemen visual yang dipakai
Sosial media yang kompetitor miliki
Strategi marketing dan cara berjualan
Keunggulan dan kelemahan produk/jasa
Product development dari kompetitor

Baiknya ketika melakukan brand audit, kita tidak hanya menilik dari satu kompetitor. Kompetitor dapat dibagi menjadi dua kategori yakni:

  • Direct competitor
    Bisnis yang memiliki produk atau layanan dalam kategori yang sama dengan bisnis kita.
  • Indirect competitor
    Bisnis yang memiliki produk atau layanan berbeda dengan kita namun bisa menjadi alternatif sebagai produk pengganti.

 

3. Pahami Kegiatan Konsumen

Produk yang bagus tidak akan berguna jika tidak ada pelanggan. Karena itu, mengetahui apa yang konsumen cari dari sebuah produk atau jasa sangatlah krusial.

Sayangnya, seringkali para pemilik bisnis hanya menuliskan daftar benefits dari produk yang dijual. Permasalahannya adalah: bagaimana cara menentukan hal terpenting dari yang konsumen cari? Pada titik inilah reason to buy dan reason to believe menjadi hal yang kritikal.

Ketika Rudi ditanya ingin membeli rumah yang seperti apa, ia menjawab dengan serangkaian kriteria seperti rumah yang aman, memiliki fasilitas lengkap, lokasi di tengah kota dan tidak terkena banjir. Namun ketika berhadapan harga 20 Miliar untuk rumah dengan kriteria tersebut, ia pun tidak jadi membelinya.

Apakah Rudi benar-benar ingin membeli rumah? Tentu. Tapi kenapa tidak jadi dibeli padahal semua kriteria sudah terpenuhi? Karena harga yang terlalu tinggi. Nah, disini kita dapat mengerti bahwa reason to buy Rudi adalah harga.

Rumah dengan harga berapa yang Rudi cari? Misalkan 1 Miliar. Setelah itu, pertimbangan lain apa yang paling mempengaruhi? Apakah lokasi? Fasilitas? Atau mungkin keamanan? Harga rumah atau reason to buy harus disesuaikan dulu setelah itu baru dapat memprioritaskan reason to believe.

Singkatnya, reason to buy adalah values yang membuat konsumen membeli sebuah produk, sedangkan reason to believe membangkitkan keinginan konsumen namun pada akhirnya bukan menjadi penentu untuk membeli.

Dua cara terbaik untuk mengolah data untuk mengetahui reason to buy dan reason to believe konsumen adalah dengan:

  • Qualitative Analysis
    Mengolah data dengan tujuan untuk mencari insight dari responden yang lebih terfokus (E.g., focus group discussion).
  • Quantitative Analysis
    Proses pengolahan informasi terhadap responden yang lebih banyak untuk memvalidasi insight dari hasil qualitative analysis (e.g., kuisioner baik secara online maupun offline).

 

Proses brand audit memang tidak mudah dan memerlukan kesabaran. Tetapi perlu diingat bahwa proses ini dapat menjadi investasi yang menguntungkan karena akan meminimalisir resiko-resiko bisnis jika dilakukan secara berkala.

 

Mau tahu lebih banyak soal brand audit atau mungkin soal branding?

Langsung aja follow Instagram & TikTok kami untuk daily tips branding and business!

Related Posts